Pegunungan Karst Tak Selalu Kering
Rembang, CyberNews. Direktur Pusat Penelitian Penanggulangan Bencana UPN Yogyakarta Dr Eko Teguh Paripurno mengingatkan Pemkab Rembang agar berhati-hati dalam menawarkan pegunungan karst untuk lokasi penambangan semen.
Sebab, tak selamanya batu kapur di pegunungan karst bersifat kering seperti yang selama ini disampaikan. Berbeda dari sistem tanah aluvial (biasa) yang memiliki strukutur atas kering, setengah basah, dan basah di bagian bawah, pegunungan kapur justru sebaliknya.
Meski terlihat kering di bagian atas, lanjut dia, struktur karst dengan sistem kapiler untuk saluran air menyimpan banyak air di bagian bawah. ’’Bebatuan kapur sistem karts justru basah di bagian atas, setengah basah, dan kering di bagian bawah,’’ ujar penerima penghargaan UN Sasakawa Award for Disaster Reduction, Kamis (24/2).
Ciri bebatuan kapur sistem karst, antara lain banyak ditemukan sungai bawah tanah dan sumber mata air di kawasan itu. Penambangan skala besar di wilayah itu justru akan mengakibatkan dampak kerusakan luar biasa bagi lingkungan.
Seperti di Pegunungan Kendeng Kabupaten Pati, lanjut dia, pihaknya menemukan banyak sungai bawah tanah dan sumber air. Dengan demikian, kawasan tersebut perlu dikonservasi dan tak boleh ditambang. ’’Untuk di Rembang, harus dipetakan dahulu apakah benar di situ tidak ada sungai bawah tanah dan mata air. Jika memang keduanya tidak ada, silakan saja ditambang,’’ ungkapnya.
Seperti diberitakan, Pemkab Rembang menawarkan pegunungan batu kapur di wilayah Kecamatan Sale dan Gunem untuk pendirian pabrik semen oleh PT Semen Gresik. Pegunungan tersebut diperkirakan menyimpan cadangan bahan tambang besar sehingga cocok untuk lokasi pabrik semen.
Aktivis Vital Institute Kabupaten Rembang Zamroni menegaskan, di kawasan pegunungan karst Sale dan Gunem banyak terdapat sumber mata air dan gua dengan sungai bawah tanah. ’’Hanya sejak pertambangan merebak di Kecamatan Sale, banyak gua yang hilang dan debit sumber air menyusut. Kami khawatir jika ada penambangan skala besar, kondisi lingkungan semakin rusak lagi,’’ tegasnya.
suaramerdeka.com
Langganan:
|